Rabu, 16 Februari 2011

Beginilah Cara ABGMelakukan TransaksiProstitusi

PENGUNGKAPAN penjualan
tujuh anak baru gede (ABG)
justru berawal dari LL, rekan
mereka yang tinggal di
Menteng Wadas, Setiabudi,
Jakarta Selatan. Ketika itu LL dikeroyok oleh para ABG
tersebut hingga babak belur
hanya karena masalah sepele.
Orangtua LL pun mengadu ke
pihak sekolah. Guru yang menerima laporan
itu kemudian mengecek akun
facebook LL untuk
mengetahui siapa saja yang
mengeroyoknya. Alangkah
terkejutnya dia ketika mengetahui di akun facebook
itu muncul sejumlah
percakapan bernada cabul,
termasuk tentang transaksi
prostitusi. Hal inilah yang mendasari guru
dan orangtua LL melaporkan
dugaan prostitusi tersebut ke
Polsektro Setiabudi. Namun
karena transaksi dan
penjualan anak bawah umur itu terjadi di Jakarta Pusat,
kasus ini pun dilimpahkan ke
Polrestro Jakarta Pusat. Perempuan bernama Dede
akhirnya diringkus bersama
pelanggannya, Alay, di
Apartemen Puri Kemayoran
Tower 2 lantai 7, Nomor 207
A, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ironisnya, berdasarkan
kesaksian ketujuh ABG, polisi
mengetahui bahwa mereka
melakukan praktik prostitusi
itu bukan atas paksaan. Para ABG itu, yakni KKS (15),
AC (15), VYL (13), ZV (15), LCS
(15), NF (16), dan AS (15),
justru memanfaatkan bisnis
ini guna memuaskan
kebutuhan-kebutuhan materil mereka, seperti membeli
handphone mewah, baju
bermerek, dan sebagainya. Sementara Dede, yang
menjadi mucikari, mengaku
sudah menjalani profesinya
selama dua tahun. Dia
menjajakan puluhan ABG
kepada pria hidung belang melalui facebook. Di tempat kos Bisnis seks lewat situs jejaring
sosial seperti facebook
sebenarnya bukanlah barang
baru. Pantauan Warta Kota,
fasilitas internet memang
dijadikan sebagai ajang promosi gratis. Tak perlu lagi para ABG itu
mangkal di pinggir jalan atau
nongkrong di diskotek.
Cukup membuat akun pribadi
dan mengisi profilnya, plus
beberapa foto seksi, selanjuntya mereka bisa
mencari teman baru yang
diperkirakan bisa jadi
'kliennya'. Lewat pertemanan itulah
mereka lalu bertukar nomor
telepon seluler. "Kalau cowok
itu telepon, baru dibuat
kesepakatan tempat check in-
nya," ucap Lita (16), ABG penjaja seks yang memasang
tarif Rp 250.000 per jam. Kepada Warta Kota, Lita
mengaku hanya mau
melayani tamunya di tempat
kos di Jalan Dr Saharjo, Tebet.
Kamar kos berukuran 3 m x 4
m dengan kamar mandi di dalam itu disewa Lita Rp 1,2
juta per bulan. Di dalamnya
ada spring bed dobel dengan
bed cover bergambar
Dalmatian 101. Ada pula
televisi layar datar 29 inci dan sebuah radio tape serta sebuah
lemari ukuran sedang dan
filing cabinet warna-warni. Lita menghiasi ruangannya
dengan warna serbahijau.
"Namanya juga ABG, Mas,"
katanya. Dia mengaku tinggal
sendirian, sementara kedua
orangtuanya tinggal di Subang, Jawa Barat. Lita sudah tiga tahun
menjajakan layanan seks,
tetapi baru beberapa bulan
memakai fasilitas internet. Dia
belajar dari rekan-rekannya.
Awalnya dia hanya memakai telepon genggam produk
China yang memiliki fitur
facebook. "Enggak capek, cukup lewat
internet udah dapet tamu.
Malah aku udah punya
langganan tetap," katanya.
Dari bisnis seksnya itu, setiap
bulan Lita bisa mendapat uang Rp 4 juta sampai Rp 5 juta. Hal serupa diungkapkan
Vionna (16), yang untuk
"bisnisnya" memakai situs
tagged.com. Sebelumnya
Vionna adalah pemijat
freelance di bawah asuhan seorang germo pria. Transaksi
dilakukan lewat internet. "Sekarang sih udah tahu
caranya, jadi mending bisnis
sendiri," kata Vionna, yang
menjalankan bisnis layanan
seksnya menggunakan
netbook. Lewat perangkat itu dia bisa
chatting sambil main webcam.
Cara ini ditempuh Vionna agar
tidak tertipu oleh calon
pelanggannya. Sebaliknya,
calon pelanggan bisa melihat bentuk fisiknya. "Jadi sama-sama enak. Kalo
enggak tertarik ya udah,
enggak usah diterusin," kata
cewek berparas oriental itu.
Dia mengaku asli warga
Manggabesar, Jakarta Barat, dan kini kos di Jalan Haryono
MT, Tebet, Jakarta Selatan. Cara transaksinya, Vionna
hanya meminta si pelanggan
memberi alamat hotel dan
nomor kamar. Selanjutnya,
dia akan mengecek hotel itu.
"Kalau yang menyewa kamarnya benar, baru saya
datang ke sana," katanya
seraya mengungkapkan, dia
membuka tarif Rp 400.000 per
tiga jam. Kemiskinan Menurut sosiolog perkotaan
Universitas Indonesia (UI) Otto
Hernowohadi, mudahnya ABG
terbujuk rayuan menjadi PSK
disebabkan banyak faktor.
"Terpaan media saat ini sangat luar biasa, terutama kepada
anak-anak dan remaja, mulai
dari internet, TV, dan media-
media lainnya yang sarat
dengan gaya hidup sangat
konsumtif," ujarnya . Menurut Otto, terpaan media bisa
dikatakan sebagai faktor
utama tumbuhnya sikap
hedonis di perkotaan. Meski demikian, faktor lain
yang sangat berpengaruh
adalah kemiskinan atau
ekonomi. "Remaja perkotaan
dihadapkan kepada etalase
yang luar biasa hebat dan banyak, sehingga mereka
ingin mendapatkan semuanya
secara instan dengan mudah
dan cepat, meskipun harus
mematahkan atau menabrak
norma kesusilaan," ujar Otto. Kemiskinan atau ketiadaaan
nilai atau norma yang kuat
yang bisa dijadikan pegangan
bagi anak dan remaja,
menambah mudahnya
mereka terjerumus. Dikatakan Otto, memakai
behel gigi, berlama-lama di
mal, memakai Blackberry,
sudah menjadi gaya hidup
yang digandrungi remaja di
kota besar.sources:wartakotalive.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar