Selasa, 15 Februari 2011

Wow..!! Gan.. Bocah SMP Rintis Antivirus Indonesia


Sebuah program Antivirus
asal Indonesia muncul dari
tangan pelajar kelas 2 SMPN 48
di Bandung. Arrival Dwi
Sentosa, 14 tahun, membuat
ARTAV Antivirus gratis. Pengunduhnya kini tak
kurang dari 150 ribu orang
dari penjuru dunia. Antivirus tersebut seperti
program sejenis lain yang
telah dijual oleh perusahaan
asing. Cara kerjanya sama.
Namun lebih banyak
membasmi virus buatan dalam negeri hingga sekitar 60
persen. "Sekarang virus yang
sudah bisa dimatikan 1.031
macam," ujarnya. ARTAV sejauh ini mampu
memindai ratusan ribu varian
virus. Pengunduhnya tak
hanya dari Indonesia, tapi
juga pengguna di Perancis,
Jerman, Israel, dan Palestina. Dalam sebuah survey di
sebuah situs tentang
kemampuan memindai virus,
ARTAV berada di posisi
ketiga, dibawah dua merek
antivirus ternama di dunia. Arrival yang biasa dipanggil
Ipal, mulai merintis
pembuatan antivirus itu pada
September 2010 lalu. Awalnya
ia belajar otodidak dari buku-
buku komputer. "Gara- garanya waktu itu
motherboard komputer mati
kena virus pas buka internet,"
ujarnya. Sampai sekarang,
jenis virus itu masih
ditelusurinya. Program itu dibuatnya di
rumah sepulang sekolah.
Kakaknya, Taufik Aditya
Utama, pelajar SMA 25
Bandung, ikut membantu
pembuatan desain tampilan dan logo. Nama ARTAV
singkatan dari nama Arrival
dan Taufik. Untuk menguji karyanya, Ipal
rajin mengumpulkan virus-
virus yang ada di komputer
beberapa warung internet di
sekitar sekolahnya di daerah
Ciwastra, Bandung. Kadang ia minta penjaga warnet
kenalannya untuk mencari
virus lalu disimpannya di USB
dan dibawa pulang. "Sehari bisa dapat 10-20 virus
baru," kata Ipal yang bercita-
cita ingin seperti Bill Gates itu.
Selanjutnya, antivirus
buatannya secara berkala diuji
ke komputer pribadi teman- teman sekolahnya. Memenuhi
permintaan pengguna,
ARTAV juga bisa dipakai
untuk menangkal penularan
virus dari USB. Kemampuannya di bidang
rekayasa tekonologi
komputer itu, juga membuat
ibu Ipal, Yeni Sofia, 38 tahun,
kaget, sekaligus bangga.
Kaget, karena banyak orang menghargai dan ingin
membantu kemampuan
anaknya untuk lebih
berkembang. "Saya bahagia
karena perjalanan pembuatan
antivirus ini memang panjang," ujar Yeni., seorang
guru Taman Kanak-kanak di
Bandung ini. Ipal bukan berasal dari
keluarga kaya. Yeni hanya
bekerja sebagai guru TK
dengan gaji Rp. 300 ribu
perbulan. Keluarga ini kerap
berpindah-pindah tempat, dan kini mereka mengontrak
rumah ukuran tipe 21 di
daerah Bojongsoang,
Kabupaten Bandung. Herman
Suherman, 46 tahun, iyah Ipal,
pensiunan PT Inti yang kini menjual pulsa dan telepon
genggam bekas. Menurut Yeni, buku-buku
komputer yang cukup mahal
hanya bisa mereka beli saat
musim diskon hingga 50
persen. Ipal memotong uang
sakunya Rp 30 ribu per minggu untuk menabung
uang buku itu dan pencarian
virus di warnet-warnet. "Itu
sisa hasil uang ongkos sekolah
Rp 16 ribu seminggu," kata
Yeni. Mereka sempat meminta
bantuan ke Wakil Gubernur
Jawa Barat Dede Yusuf karena
Arrival punya bakat yang
harus dikembangkan. "Dua
kali kami kirim surat tahun lalu tapi belum ada balasan,"
kata Yeni. Untungnya, dosen-dosen
Institut Teknologi Bandung
kini membuka pintu kelasnya
agar Ipal bisa kursus gratis
sepekan sekali tiap Jumat
sore. “Saya dan kakak mau mengembangkan antivirus
buat telepon genggam, ” kata Ipal. Pakar keamanan komputer
dari ITB Budi Raharjo
mengatakan, antivirus buatan
Ipal tergolong hebat untuk
anak seusianya. "Inovasinya
apa? Kebaruan antivirus itu sebagai buatan Indonesia,"
ujarnya. Dia berharap
terobosan ini diikuti
perusahaan lokal untuk
membuat antivirus asli
Indonesia. Soalnya, virus yang beredar di Indonesia ini
kebanyakan bukan buatan
lokal alias impor.
sources:tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar