Minggu, 06 Februari 2011

Awas, Toko OnlineGadungan di Facebook

Sejak makin
populer digunakan sebagai
layanan jejaring sosial,
Facebook mulai dimanfaatkan
pelaku bisnis untuk
menawarkan barangnya secara online. Namun, belakangan
ternyata banyak yang mencoba
menyalahgunakan untuk
melakukan penipuan. Aksi yang mereka lakukan
umumnya dengan membuat
daftar barang dengan harga
sangat miring. Harga yang
ditawarkan pun bisa di bawah
setengah harga normal barang resmi dengan foto-foto
pendukung yang meyakinkan. Namun, jika diteliti lebih lanjur
ada yang mencoba menjual
barang palsu. Misalnya, ada
yang menawarkan tablet
BlackBerry BlackPad. Padahal
tak ada produk BlackBerry BlackPad. Nama tersebut
hanyalah rumor sebelum RIM
memberi nama tablet
BlackBerry PlayBook. Itu pun
baru baru tersedia beberapa
bulan lagi. Pelaku juga membuat disclaimer
yang meyakinkan tidak ada
tindak penipuan dalam
transaksinya sehingga seolah-
olah bukan toko online
gadungan. Mereka juga menyediakan nomor telepon
yang dapat dihubungi secara
langsung kapan saja. Bahasanya
pun hangat dan lihai melakukan
penjebakan dengan cara
apapun. Juga info meyakinkan bahwa pembeli bisa mengecek
barangnya lewat layanan
pengiriman barang seperti Tiki
JNE. Nama-nama yang dipakai
macam-macam dari nama orang
maupun nama toko. Alamat
lengkap juga disertakan.
Beberapa pelaku biasanya
langsung menghapus atau mengganti nama akun
Facebook-nya begitu tercium
banyak orang telah melakukan
tindak penipuan. Namun, semua iming-iming
tersebut hanyalah jebakan.
Beberapa pengguna Facebook
pernah menjadi korbannya.
Misalnya, penipuan yang dialami
Aprilia Paramitasari, seorang kompasianer, anggota jejaring
blog Kompasiana. Dalam
tulisannya beberapa waktu lalu,
ia menceritakan pedihnya
tertipu hanya karena iming-
iming harga miring. "Beberapa hari yang lalu, saya
melihat iklan di Facebook
dengan nama akun facebook
Aulia Celluler Shop. Sebuah
laptop merek Sony Vaio
VPCEB16FG 14 inch baru dijual Rp. 3.750.000. Harga yang sangat
murah untuk laptop merek
tersebut," cerita dia. Ia mengaku tidak berniat
membelinya karena telah
memiliki laptop. Namun,
informasi tersebut
direkomendasikannya kepada
kakaknya yang kebtulan tengah butuh laptop. Alamat
itu pun kemudian dikirimkan
kepada sang kakak sebagai
referensi. "Melihat murahnya harga laptop
tersebut, kakak saya tertarik
untuk membelinya. Bakan
tidak hanya kakak saya, tapi
juga seorang temannya juga,
serta pacar saya," lanjutnya. Mendapat sambutan positif, ia
pun menelepon pemilik toko
online tersebut seperti tertulis
di halaman akunnya. Ia
mengaku penerima telepon
menyambut ramah dan memintanya mengirim
pemesanan dengan format SMS
yang diminta. Setelah terkirim
ada SMS jawaban untuk
mentransfer harga yang
diminta. Ia mengakui kakaknya sempat
curiga dengan toko onlien
tersebut. Namun, ia mencoba
meyakinkan bahwa untuk
bertransaksi di toko online
memang biasanya seperti itu. Bahkan, untuk meyakinkan
sekali lagi, ia menelepon pemilik
toko. "Untuk meyakinkan kakak
saya, saya menghubungi si
penjual online dan meminta
alamat toko mereka dan
meminta nomor lain yang bisa
dihubungi jika terjadi masalah dengan barang yang saya beli,"
ujarnya. Jebakan di ATM Setelah uang
ditransfer, pemilik toko tak
juga memberikan nomor resi
pengiriman barang. Ia pun
kembali menghubungi dan
menagih nomor tersebut. Tapi, bukannya diberikan nomor resi,
ia disuruh ke ATM. "Dia mengatakan saya bisa
mendapatkan no resi
pengiriman barang jika saya
pergi ke ATM, karena dia bilang
dia melakukan transaksinya via
internet banking dan dia akan memberi tahukan kepada saya
bagaimana cara mendapatkan
no resi tersebut jika saya telah
ada di ATM," jelas dia. Kontan ia menolak repot-repot
karena setahu dia nomor resi
tercantum di blanko
pengiriman. Pemilik toko pun
akhirnya bersedia memindai
blanko pengiriman dan akan di- upload ke akun Facebook serta
menge-tag dia. "Tak berapa lama, saya
diberitahu bahwa bukti resinya
telah di upload dan di tag kan
kepada saya, sambil si penjual
meminta maaf karena dalam
paket barang saya terdapat paket barang orang lain berupa
sebuah Apple iPad. Saya bilang
itu bukan kesalahan saya, dan
kalau memang benar barang
tersebut 'nyangkut' di paket
saya, saya akan segera mengirimkannya kembali
kepada mereka jika barang
tersebut sudah di tangan saya.
Si penjual pun setuju," lanjut
dia. Saat nomor resi dicek ke situs
web penyedia jasa pengiriman
dimaksud, ternyata tidak ada.
Ketika ditanyakan, sang penjual
pun tak merasa bersalah malah
menyalahkannya karena tidak mau ke ATM sehingga barang
tidak bisa terkirim. Ia pun
masih mencoba berharap
barang terkirim meski belum
sampai. Namun, ditunggu berhari-hari,
barang yang dibeli tak juga
datang. Ia pun mulai khawatir
dan menelepon lagi nomor
pemilik toko. Namun, sampai
sekarang tak pernah lagi diangkat. Merasa jadi korban
penipuan, ia berniat melaporkan
tindakan tersebut ke polisi. "Saya sudah berusaha
menghubungi pihak penjual
yang anehnya masih bisa,
karena nomor handphonenya
masih terus aktif, tetapi tidak
mendapatkan tanggapan sama sekali. Saya sudah pasrah dan
berusaha menguatkan hati
untuk menerima yang telah
terjadi serta menyiapkan diri
untuk mengganti setiap
kerugian yang timbul akibat kecerobohan saya," ujarnya. Ia berharap apa yang
dialaminya tersebut bisa
menjadi pelajaran bagi
pengguna Facebook lainnya.
Modus yang sama bukan satu
dua orang saja yang melakukannya, namun kini
banjir di Facebook. Tentu tak
semua toko onlien di Facebook
fiktif. Pintar-pintarlah memilih
toko online yang dipercaya.
Andai tak mau membeli kucing dalam karung, membeli
langsung secara offline saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar