Rabu, 09 Maret 2011

Benarkah ManusiaMenjadi MakhlukAbadi di Tahun2045?


Tak berapa lama setelah
komputer digital pertama,
Colossus (1943) dan ENIAC
(Electronic Numerical
Integrator And Computer ,
1945) dibangun, ukuran komputer semakin kecil
dengan kecepatan yang
meningkat dramatis secara
eksponensial, apalagi setelah
ditemukannya IC (Integrated
Circuit) pada tahun 1960-an. Mikroprosesor akhirnya
menjadi kenyataan dengan
digunakannya material
semikonduktor. Kini, para ahli
sedang meneliti pemanfaatan
material DNA (yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup)
untuk membuat super-mikro
prosesor dengan kecepatan
berlipat-lipat dari yang kita
lihat saat ini. Singkat cerita,
dalam waktu 45 tahun belakangan ini, dunia disuguhi
peningkatan performa
teknologi yang belum pernah
terjadi semenjak manusia
hidup di gua. Raymond Kurzweil – seorang ilmuwan, penemu, penulis,
sekaligus futurist – menyatakan bahwa
kemajuan komputer tak
dapat dihindarkan sehingga
pada suatu titik akan
melampau kecerdasan
manusia. Ia menghitung dengan cermat secara ilmiah,
bahwa komputer akan
mengungguli manusia pada
tahun 2045, disebut tahun
singularitas. Memang, saat ini
otak manusia merupakan satu-satunya sumber
kecerdasan alami yang masih
lebih unggul ketimbang
komputer, namun kecerdasan
buatan (disingkat AI,
Artificial Intelligence) yang dikembangkan komputer pun
kian menyamai kemampuan
otak manusia. Misalnya saja
robot TOPIO (Tokyo
International Robot
Exhibition,IREX, 2009), ASIMO (diproduksi oleh HONDA), dan
seterusnya. Honda ASIMO Walking Stairs | image from wikipedia Menurut Kurzweil, singularitas
ini tak dapat dihindari
siapapun. Berdasarkan
risetnya selama belasan tahun,
ia menghitung perkembangan
teknologi per tahun yang diukur dari peningkatan
berapa MIPS (million
instruction per second/jutaan
perintah yang dapat
dilakukan komputer
perdetik) yang dapat kita beli dengan uang 1000 dollar (atau
9 jutaan rupiah). Hasilnya,
teknologi ternyata
berkembang secara eksponen,
bukan linier, sama seperti
Hukum Moore yang menyatakan bahwa
kecepatan komputer akan
meningkat dua kali lipat
setiap dua tahun! Ghalibnya
lagi, hal ini tidak terpengaruh
oleh perang, resesi ekonomi, atau kelaparan sekalipun.
Perkembangan AI pada tahun
2045 diperkirakan semilyar
kali dari jumlah seluruh
kecerdasan umat manusia
yang hidup hari ini. Vernon Vinge dari San Diego
State University memiliki ide
serupa. Di depan simposium
VISION-21 yangdisponsori
oleh NASA pada tahun 1993, ia
mengajukan thesis mengenai bagaimana manusia hidup di
era singularitas. Buku “The Singularity Is Near ” (2005) menjadi bestseller di seluruh
dunia. Para ilmuwan di
berbagai belahan dunia pun
mau tak mau mengarah pada
hal yang sama, meskipun tak
sedikit yang mengkritisi serta menganggapnya sebagai fiksi
sains belaka. Namun
kenyataannya pemerintah
Amerika sendiri cukup
memperhatikan fenomena ini.
Singularity University, didirikan pada tahun 2008 oleh
NASA dan disponsori oleh
Google menawarkan studi
mengenai singularitas ini.
Selain itu, ada pula Singularity
Institute for Artificial Intelligence yang bermarkas
di San Fransisco. Institut ini – dengan Peter Thiel (mantan
CEO PayPal dan investor
Facebook) sebagai penasihat – mengadakan konferensi
tahunan yang disebut
Singularity Summit. Pada konferensi di bulan
Agustus 2010 tahun lalu,
peserta konferensi berasal dari
berbagai disiplin ilmu dengan
pokok bahasan lebih luas dari
AI; psikologi, neurologi, biologi, nanoteknologi,
bahkan kesehatan dan filsafat.
Salah satu tema yang menarik
pada konferensi ini adalah
mengenai bagaimana
memperpanjang usia harapan hidup manusia. Namun, di era
singularitas segala sesuatunya
mungkin. Berbagi hipotesis muncul
mengenai apa yang akan
terjadi dalam 35 tahun ke
depan. Kurzweil sendiri
meyakini bahwa pada
dasawarsa 2020-an umat manusia sudah mampu
meningkatkan kemampuan
otaknya, bahkan membuat
otak sendiri, dengan bantuan
komputer tentunya. Beberapa
pendapat menyatakan bahwa kemungkinan besar umat
manusia akan dapat
mensintesis organ-organ
tubuhnya menggunakan
robot, sehingga mengurangi
degenerasi biologis manusia, bahkan membuatnya abadi.
Campuran antara manusia
organik dengan robot ini,
yang oleh film-film
Hollywood disebut sebagai
cyborg, secara luas telah menjadi topik menarik bagi
fiksi sains. Beberapa futuris
justru mempertimbangkan
penciptaan superkomputer di
mana umat manusia dapat
hidup bahagia di dalamnya secara virtual. Mungkin mirip
dengan trilogi film “The Matrix ” (1999). Di dunia nyata, mengutip artikel di majalah
Nature, para ilmuwan pun
optimis dapat menunda
penuaan dengan
ditemukannya enzim
telomerase oleh peneliti Harvard Medical School pada
bulan November 2010. Enzim
ini bukan saja menunda,
melainkan membalik penuaan
pada makhluk hidup. Akan tetapi, ada juga
hipotesis kelam singularitas.
I.J. Good, seorang
matematikawan Inggris, pada
tahun 1965 pernah
mengemukakan bahwa jika manusia mampu menciptakan
mesin ultra-cerdas, maka
dengan segera mesin tersebut
akan menciptakan mesin
ultra-cerdas lainnya dengan
kemampuan jutaan kali lipat lebih cerdas. Mesin tersebut
pun akan menciptakan mesin
lainnya lagi dengan
kecerdasan yang tak
terbayangkan. Ledakan
kecerdasan ini menyebabkan umat manusia menjadi
“barang” purba yang – bisa jadi – segera dimusnahkan oleh mesin-mesin cerdas. Ini
berarti berakhirnya ras umat
manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar