Sabtu, 12 Maret 2011

7 Hari Lagi Pemandangan Langka Bakal Hiasi Langit


Bandung - Peristiwa langit yang langka akan
terjadi pada 19 Maret mendatang. Saat
itu, bulan purnama akan muncul dan
jaraknya pada posisi terdekat dengan
bumi. Fenomena tersebut hanya
terulang tiap 18 tahun sekali. Astronom dari Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional Thomas
Djamaluddin mengatakan, pada 19
Maret 2011, bulan akan berada pada
jarak terdekat dengan bumi sekaligus
hampir bersamaan dengan puncak purnama. Berdasarkan data astronomi, pada hari
itu pukul 19.10 GMT atau 20 Maret
pukul 02.10 WIB, jarak bulan dengan
bumi 356.577 kilometer. Sejam
sebelumnya, puncak purnama terjadi
pada 19 Maret pukul 18.11 GMT atau 20 Maret pukul 01.11 WIB. Dalam istilah astrologi, posisi itu
dikenal sebagai super moon atau
extreme super moon yang diyakini
sebagian orang sebagai pertanda
bencana bagi kehidupan makhluk di
bumi. Namun menurut Djamaluddin, kalangan astronom tidak mengenal
istilah tersebut, dan menepis ramalan
bencana. "Kita harus faham perbedaan
astrologi dan astronomi," katanya. Astrologi adalah pemahaman bahwa
posisi benda-benda langit berpengaruh
pada nasib kehidupan manusia di bumi.
Astrologi, kata peneliti senior
astronomi dan astrofisika, itu bukanlah
cabang sains. Sedangkan astronomi adalah cabang sains atau ilmu
pengetahuan yang mempelajari
gerakan dan kondisi fisik benda-benda
langit. Dia mengatakan, kejadian jarak bulan
terdekat dengan bumi (perigee) adalah
peristiwa bulanan, walau jaraknya
bervariasi dengan periodenya rata-rata
27,3 hari. Begitu pula peristiwa bulan
purnama dengan periode sekitar 29,5 hari. Karena perbedaan periode itu,
kemunculan perigee yang bersamaan
dengan purnama hanya bisa terjadi 18
tahun sekali. Sejauh ini, kata dia, tidak ada bukti
ilmiah yang mengaitkan extreme
super moon dengan segala bencana 18
tahun lalu pada Maret 1993 atau
sebelumnya. Tapi yang pasti harus
diwaspadai adalah dampak menguatnya efek pasang surut di bumi
terutama pada air laut ketika puncak
bulan purnama dengan jarak bulan
terdekat. Bila cuaca buruk di laut dan wilayah
pantai diperkuat dengan efek pasang
maksimum saat perigee dan purnama,
ujarnya, harus diwaspadai potensi
bahaya di wilayah pantai yang
mungkin saja menyebabkan banjir pasang (rob) yang lebih besar dari
biasanya. Demikian juga bila penumpukan energi
di wilayah rentan gempa dan gunung
meletus, efek penguatan pasang surut
bulan mungkin berpotensi menjadi
pemicu pelepasan energi. Tetapi kondisi perigee bulan bersamaan
dengan purnama bukan sebagai sebab
utama bencana, tetapi bisa menjadi
pemicu efek penguatan faktor lain.
"Artinya, kalau tidak ada indikasi
cuaca buruk di wilayah pantai atau tidak ada penumpukan energi di
wilayah rawan gempa dan wilayah
rawan gunung meletus, maka tak ada
yang perlu dikhawatirkan dengan
posisi perigee bulan bersamaan dengan
purnama," kata Djamaluddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar